HIPOTESIS PEMBENTUKAN TATA SURYA
09.31.00
Sebelumnya saya akan menjelaskan apa
itu Hipotesis ?
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap
masalah yang kan diteliti. Hipotesis
menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan
hipotesis tersebut. Dalam
upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja
dengan sengaja menimbulkan atau menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis
yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Ketika berfikir untuk sehari-hari, orang sering menyebut
hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah
pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu.
Lalu, bagaimanakan hipotesis tentang
pembentukan tata surya ?
Apakah tata surya itu? Tata surya adalah suatu kelompok benda antariksa yang berotasi dan
berevolusi mengeliling matahari dan bergerak mengedari matahari. Lalu bagaimana
tata surya ini bisa terbentuk? Seperti yang dikatakan para astronom, ada bukti
kuat bahwa tata surya kita terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu dan
butuh waktu sekitar 500 juta tahun untuk membentuk planet-planet yang sekarang
berdar pada orbitnya. Sedangkan dalam proses terbentuknya, banyak para
ahli-ahli yang mempunyai perbedaan pendapat. Ada beberapa hipotesis tentang asal-usul
terbentuknya tata surya yang
kita sebut galaksi Bima Sakti ini, atau yang dalam bahasa inggris disebut
sebagai Milky Way Galaxy.
Beberapa hipotesis tentang
asal usul tata surya telah
dikemukakan para ahli,di antaranya adalah:
Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.
Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.
Hipotesis
Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Mana
menurut kalian Hipotesis yang paling masuk akal ? kalau menurut saya, hipotesis
yang paling masuk akal adalah Hipotesis Nebula.
Mengapa ? karna, pada Hipotesis Nebula dikatakan “ unsur gas sebagian
besar adalah hydrogen “ dan memang benar faktanya jika hydrogen relative cukup
stabil di luar angkasa. Dan kebanyakan bintang dibentuk
oleh hidrogen dalam keadaan plasma. Walaupun hipotesis
ini yang paling lama dikemukakan, namun pada dewasa ini fakta-fakta tentang
tata surya banyak yang berhubungan atau malah menguatkan Hipotesis Nebula.
Berbicara soal tata surya, apa kalian
tahu bahwa ada planet yang memiliki cincin ?
Cincin planet adalah cincin yang terdiri dari debu kosmik dan partikel kecil lain yang mengorbit suatu planet dalam
daerah berbentuk piringan pipih. Cincin planet yang paling spektakuler adalah
yang ada di sekitar planet Saturnus, namun tiga raksasa gas lain dalam tata surya (Jupiter, Uranus dan Neptunus) memiliki sistem
cincin mereka sendiri.
Ada tiga cara terbentuknya
cincin-cincin planet (cincin-cincin di sekitar planet) yang telah diajukan:
dari material piringan
protoplanet yang tadinya berada di dalam batas
Roche planet itu dan oleh karenanya tidak mengelompok untuk
membentuk bulan; dari reruntuhan bulan yang
hancur oleh tabrakan besar; atau dari pecahan-pecahan bulan yang hancur akibat
tekanan pasang-surut saat ia lewat di dalam batas Roche planet itu. Kebanyakan
cincin diperkirakan tidak stabil dan hilang terhambur dalam hitungan ratusan
juta tahun, namun nampaknya cincin-cincn Saturnus mungkin cukup tua, berasal
dari masa permulaan Tata Surya.
Komposisi partikel cincin beragam;
mungkin silikatatau debu es. Batu-batu besar mungkin juga ada, pada tahun 2007
efek pasang-surut dari delapan 'bulan kecil' hanya yang ukurannya beberapa
ratus meter yang terdeteksi dalam cincin Saturnus.
Beberapa cincin memiliki "bulan-bulan" gembala,
bulan-bulan kecil yang mengorbit dekat tepi luar cincin itu atau dalam celah
pada cincin itu. Gravitasi bulan
gembala fungsinya menjaga bentuk yang tajam dari cincin itu; material yang
berpindah lebih dekat ke orbit bulan gembala itu bisa terlempar balik ke cincin
itu, keluar dari sistem, dan bisa pula terkumpul ke bulan itu sendiri.
Beberapa bulan kecil Jupiter terdalam,
yaitu Metis dan Adrastea,
berada dalam sistem cincin Jupiter sekaligus dalam batas
Roche Jupiter. Mungkin bahwa cincin-cincin ini terdiri
atas material yang tertarik dari dua bulan ini oleh gaya
pasang-surut Jupiter, mungkin difasilitasi oleh tubrukan
material cincin pada permukaan mereka.
Cincin neptunus sangat tidak biasa
karena pertama mereka tampaknya terdiri atas busur-busur (lingkaran) yang tidak
penuh dilihat dari pengamatan di Bumi, tetapi gambar-gambar Voyager 2 menunjukkan mereka merupakan
cincin sempurna dengan bongkahan-bongkahan yang terang. Dianggap bahwa
pengaruh gravitasi bulan penggembala Galatea dan
mungkin bulan-bulan penggembala lain yang belum ditemukan bertanggungjawab atas
adanya bongkahan ini.
Pluto tidak diketahui memiliki sistem
cincin. Namun, beberapa astronom bepikir bahwa wahana New Horizons mungkin akan menemukan
sistem cincin saat ia mengunjungi Pluto tahun
2015. Juga diprediksikan bahwa Phobos, bulannya Mars, akan pecah dan
membentuk cincin planet dalam sekitar 50 juta tahun karena orbitnya yang
rendah. Setelah tabrakan dengan Theia dan sebelum pengumpulan menjadi Bulan,
diperkirakan dulu Bumi punya sistem cincin.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Hipotesis
http://www.perpusku.com/2015/12/asal-usul-terbentuknya-tata-surya.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_planet
1 komentar
arenaqq
BalasHapusmeteorqq
istanadomino